Rabu, 09 Maret 2016

MAKALAH MANAJEMEN KURIKULUM



KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Reorientasi Sistem Pendidikan di Indonesia dalam Era Industrialisasi dan Dampaknya Terhadap Kurikulum” dengan baik. Merupakan suatu kebahagiaan bagi penulis karena telah diberi kesempatan untuk memberikan referensi pada para pembaca. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.     Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd dan  Bapak Dr. Juharyanto M.Pd, selaku dosen pengampu matakuliah Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan pengerjaan makalah ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi kami.
2.     Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semangat yang sangat kami butuhkan demi terselesaikannya makalah ini.
3.     Teman-teman yang telah membantu kami memberikan informasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat diterima dan memberikan manfaat kepada pembaca.Penulis sadar dengan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki tentunya dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca sekalian yang bersifat membangun, sehingga pada kesempatan berikutnya penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik.


                 Malang, 24 Januari 2015



                       Tim Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..           1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………            3
A.    Latar Belakang……………………………………………...……………………… 3
B.     Rumusan Masalah……………………………………………..…………………… 4
C.     Tujuan Penelitian……………………………………………….………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..            5
A.    Isu-isu tentang Sistem Pendidikan………………………….……………………… 5
B.     Kebijakan Penanggulangan………………………………………………………… 5
C.     Kurikulum di Indonesia memasuki era industrialisasi…………………………...… 7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..……            9
A.    Kesimpulan………………………………………………………………………… 9
B.     Saran…………………………….…………………………………………………. 9
DAFTAR RUJUKAN………………………...………………………………………...…            10


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa, jika pendidikan tidak berjalan dengan semestinya maka pembangunan tidak akan terlaksana, atau bahkan dapat mengakibatkan krisis multidimensi yang berkepanjangan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan media pembangunan yang memiliki posisi strategis dalam mengintegrasikan dan mengatur sub-sub sitem dalam masyarakat. Pendidikan juga merupakan sarana transformasi ilmu pengetahuan, yang meliputi sosialisasi ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan, sosialisasi norma dan nilai dalam masyarakat, baik budaya, agama, maupun idiologi.
Indonesia merupakan negara dunia ketiga yang sedang melakukan pembangunan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945, namun dalam perjalanannya timbul berbagai penyimpangan dan masalah-masalah didalam proses perealisasiannya. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih sangat rendah, hal ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kapita yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Masalah pendidikan di indonesia bukan saja karena kualitas intelektualitas yang masih rendah, tetapi juga diperparah dengan degradasi moral generasi muda yang masih belum bisa menyaring perkembangan globalisasi. Tawuran antar pelajar, free sex, narkoba, dan tindakan asusila maupun pelanggaran hukum banyak mewarnai pendidikan Indonesia, bahkan hal ini dapat kita saksikan baik secara langsung maupun dimedia massa. Banyak masyarakat mempertanyakan kinerja pendidikan dengan pandangan sekeptis, namun kita juga tidak bisa menyalahkan lembaga pendidikan karena sebagai masyarakat kita juga memiliki andil yang besar dalam proses pendidikan.
Berbicara mengenai masalah-masalah pendidikan tentunya tiada habisnya, namun kita sebagai generasi muda harus memiliki sikap kritis dalam membaca realitas yang sedang terjadi dalam masyarakat, dan mungupayakan pencarian solusi terhadap permasalahan tersebut. Upaya perbaikan tersebut sangat diperlukan dalam rangka membangun intelektual yang mandiri dalam pembangunan dan bersaing dalam masyarakat global. Bukan saja dalam membangun kecerdasan intelektual tetapi juga membangun kecerdasan emosional dan spiritual generasi muda.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah isu-isu tentang sistem pendidikan ?
2.      Bagaimakah kebijakan penanggulangannya ?
3.      Bagaimakah kurikulum di Indonesia memasuki era industrialisasi ?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui apa saja isu-isu tentang sistem pendidikan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana kebijakan penanggulangannya.
3.      Untuk mengetahui bagaimana kurikulum di Indonesia memasuki era industrialisasi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Isu-isu tentang Sistem Pendidikan
Indonesia sebagai Negara berkembang dalam memiliki era industrialisasi menghadapi beberapa isu penting tentang sistem pendidikan. Ditinjau dari kesiapan tentu saja sudah siap, tetapi pada aspek tertentu tampak belum siap, misalnya mayoritas sumber daya manusia masih terbelakang, masih addanya kesenjangan social dan ekonomi, belum meratanya menikmati hasil pembangunan, dan sistem pendidikan sendiri yang masih dipersiapkan menuju era industrialisasi.

B.     Kebijakan Penanggulangan

1.      Masalah Kolonialisme Pendidikan dan Literatur
Ketertinggalan pendidikan dan kurangnya literatur galian dari budaya dan ilmu pengetahuan sendiri masih dihadapi oleh Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk menanggulangi masalah ini, jalan yang dapat ditempuh adalah meningkatkan peranan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) secara maksimal untuk menghasilkan ilmu pengetahuan khas Indonesia dengan jalan mengadakan penelitian-penelitian secara intensif, sehingga dihasilkan ilmu pengetahuan khas Indonesia. Atau dengan diadakannya proyek penerjemahan sumber pustaka asing ke dalam Bahasa Indonesia.
Bagi Negara Indonesia, filter untuk tetap menjaga jati diri bangsa telah disiapkan, dengan filsafat Pancasila dan kehidupan religius masyarakatnya. Namun hal yang memprihatinkan adalah tiadanya usaha menyusun pola kebijakan pendidikan yang menggali pemikiran-pemikiran cemerlang. Ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di import dari Negara-negara maju, tetapi sistem kebijakan pendidikan yang digunakan tetap bersifat Indonesia. Memang disadari dalam skala tertentu pemikiran pendidik kita juga digunakan, tetapi sejarah yang berlangsung di Negara-negara dunia ketiga lainnya berlaku juga di Indonesia. Dalam arti Negara jajahan akan terpengaruh oleh sistem pendidikan Negara penjajah.
2.      Masalah Strategi Pendidikan Memasuki Era Globalisasi
Dengan dimulainya era industrialisasi di Indonesia, kebijakan pendidikan harus mengubah atau menggeser orientasinya yang semula menyiapkan tenaga pembangunan yang menekankan bidang ekonomi menuju ke arah penyiapan tenaga industri yang berkualitas.
Ada beberapa hal menarik yang dapat dijadikan pengalaman bagi pembangunan pendidikan di Indonesia dari Republik Korea Selatan. Pertama, adanya Gerakan Saemaul (Kota Baru) yang menekankan kemandirian ekonomi. Kedua, pembaharuan pembangunan teknik dengan berbagai jenis spesialisasi untuk menopang pengembangan industrialisasi sejak 1970an. Ketiga, kerjasama dengan industri dan perusahaan untuk membantu pendidikan bahkan sampai pembeayaannya di Korea Selatan telah mulai tahun 1970an. Ke empat, adanya College dan Universitas Eksperimental dengan mengurangi sks dari 160 menjadi 140 merupakan terobosan bagi Korea Selatan. Bagi Indonesia, dengan Kurnas bagi perguruan tinggi merupakan upaya menuju efisiensi dan keefektifan kurikulum di perguruan tinggi. Namun perlu tetap diperhatikan pembenahan dari segi substansial agar pendidikan tinggi tidak lepas dari kebutuhan masyarakatnya.
3.      Masalah Keterkaitan Pendidikan, Pekerjaan, dan Penghasilan dalam Era Industrialisasi
Hubungan antara pendidikan dengan pekerjaan dan dengan keberhasilan ekonomi sudah menjadi pembicaraan panjang. Hubungan antara pendidikan dengan ekonomi bisa diibaratkan telur dengan ayamnya. Hal ini mempengaruhi strategi kebijakan pembangunan nasional di suatu Negara. Di Amerika, pendidikan yang tinggi memiliki hubungan dengan tingginya tingkat pekerjaan dan upah yang diterima. Hal ini terjadi karena Amerika Serikat tahun itu sudah menjadi Negara industri. Struktur pekerjaan dan sistem pengupahan telah ditata ratusan tahun sehingga benar-benar professional.
Di Indonesia, profesionalisasi pekerjaan masih menjadi masalah yang memprihatinkan. Banyak pekerjaan yang dapat dimasuki oleh lulusan pendidikan yang tidak relevan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menata profesionalitas pekerjaan secara konsekuen dan ketat. Pada waktu yang sama orientasi pendidikan diarahkan pada pekerjaan yang memang sudah tertata ketat persyaratan profesionalnya.
Kebijakan pemerintah dengan “link and match” merupakan penekanan yang tajam kea rah menghubungkan pendidikandengan dunia kerja. Pada gilirannya upah tenaga lulusan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dengan upah tenaga lulusan pendidikan yang lebih rendah. Hal ini telah tertata pada sistem kepegawaian Negara kita. Namun di bidang usaha dan industry, hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat upah ini belum tertata secara ketat. Banyak perusahaan yang dipimpin bukan sarjana memiliki anak buah yang sarjana. Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa sebagian pengusaha yang sukses di bidang usahanya bukanlah lulusan pendidikan yang tinggi.

C.    Kurikulum di Indonesia Memasuki Era Industrialisasi
Yang menjadi masalah umum di bidang kurikulum di Indonesia adalah pemilahan antara kurikulum resmi dan kurikulum tersembunyi. Di samping itu ada masalah penting lain sehubungan dengan kurikulum ini, yaitu masalah pendidikan akademik dan pendidikan non-akademik. Pendidikan akademik mencakup matematika, IPA, IPS dan seterusnya, sedangkan pendidikan non-akademik meliputi learning by doing, self management, etc. Dengan demikian hendaknya kurikulum di Indonesia memperhatikan pendidikan akademik dan juga pendidikan non-akademik secara seimbang.
Kurikulum hendaknya juga “instant” terhadap dunia kerja dan apa yang berkembang disekitarnya, agar pendidikan yang menerapkan kurikulum tidak menjadi menara gadung yang menciptakan pengangguran. Jika abad sekarang di Indonesia masuk era industrialisasi betapa pun orientasi kurikulum juga harus cepat menoleh ke era itu.
Kurikulum tersembunyi merupakan bahasan menarik dalam dunia pendidikan saat ini. Tidak saja terjadi di Negara-negara berkembang, tetapi di Negara maju pun terjadi muatan kurikulu tersembunyi ini.
Setiap Negara pasti memiliki misi dan tujuan yang diharapkan mewujud dalam kurikulum sekolahnya. Hal ini banyak terjadi di Negara-negara yang sistem pendidikannya sangat sentralistik, sehingga Negara bertanggungjawab penuh untuk mewarnai isi kurikulum. Di Negara-negara yang desentralisasinya tinggi pun tampak adanya pewarnaan terhadap isi kurikulum disekolah. Apalagi di Negara-negara berkrmbang yang masih berkutat pada usaha mempersatukan bangsa, kestabilan nasional, keamanan dan kesejahteraan rakyat, maka muatan terssembunyi pada setiap bidang studi menjadi lebih tinggi daripada di Negara-negara yang telah memikirkan pengembangan ilmunya. Tak ayal lagi berkembangnya ilmu pengetahuan lebih pesat di Negara jenis kedua daripada jenis pertama.
Sinyalir tentang adanya muatan tersembunyi pada setiap mata pelajaran diatas juga terjadi di Indonesia. Mengajarkan bahasa, matematika, sain, ilmu social masih harus dilibati oleh “pesan sponsor” untuk memasukkan nilai-nilai luhur bangsa yang integral dalam matapelajaran-matapelajaran disekolah. Di sampan itu, muatan tersembunyi bisa berkembang tanpa disengaja dan tidak diketahui sebelumnya. Muatan tersembunyi yang berdampak positif terhadap anak didik justru diharapkan munculnya.
Jika alternatif tersebut diatas diterpakan juga masih terdapat kelemahan. Pertama, secara ekstrim bisa muncul pandangan ilmu untuk ilmu, bukan untuk kemaslahatan umat. Kedua, terpilahnya ilmu dengan muatan tersembunyi membuat terkotak-kotaknya disiplin, hal ini sulit bagi siswa untuk mengintegrasikannya. Perlu ada jembatan agar ilmu tidak hanya untuk ilmu, melainkan juga untuk kemaslahatan umat. Apalagi ilmu dan etika memiliki hubungan yang lengket. Bahkan ilmu juga sebagai piranti etika dan abdi kemanusiaan. Jika mengingat hal ini, peran bidang studi jembatan dalam kurikulum jika diterapkan alternatif diatas sangat penting dan strategis kedudukannya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sistem pendidikan nasional dapat mengadopsi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari asing dengan syarat harus difilter dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Anak sendiri sebagai input sudah membawa dirinya dengan berbagai pengaruh lingkungan, baik fisiologis, psikologis, social dan kulturalnya. Setelah diolah dalam sistem pendidikan nasional, anak menjadi output yang harus sesuai dengan kebijakan link and match dan masuk ke dunia kerja. Sistem pengupahan harus disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang didapat. Oleh karena era industrialisasi digalakkan, maka peta pekerjaan yang ada di masyarakat juga akan berubah dari yang ada sekarang. Hal ini harus diantisipasi oleh sistem pemdidikan nasional, dengan menerapkan kurikulum yang relevan. Kurikulum yang relevan dengan era industrialisasi harus memperhatikan aspek-aspek akademik dan non-akademik, baik untuk kurikulum resmi maupun untuk kurikulum tersembunyi.

B.     Saran
Mengingat dalam menulis makalah ini yang masih memiliki banyak kekurangan, dan penulis meminta maaf karenanya. Oleh karena itu semoga bagi para penulis yang ingin mengulas kembali masalah ini dan ingin meneliti kembali tentang Reorientasi Sistem Pendidikan di Indonesia dalam Era Industrialisasi dan Dampaknya Terhadap Kurikulum agar dapat mengadakan penelitian yang lebih lengkap lagi datanya serta membuat yang lebih baik lagi.





DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1979. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud.
Suriasumantri, Jujun S. 1982. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: PT Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar