KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan
judul “Reorientasi
Sistem Pendidikan di Indonesia dalam Era Industrialisasi dan Dampaknya Terhadap
Kurikulum” dengan baik. Merupakan suatu kebahagiaan bagi penulis karena telah diberi
kesempatan untuk memberikan referensi pada para pembaca. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd dan Bapak Dr. Juharyanto M.Pd, selaku dosen pengampu matakuliah Manajemen Kurikulum dan
Pembelajaran yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan pengerjaan
makalah ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi kami.
2.
Kedua
orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semangat yang sangat kami butuhkan
demi terselesaikannya makalah ini.
3.
Teman-teman
yang telah membantu kami memberikan informasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat diterima dan
memberikan manfaat kepada pembaca.Penulis sadar dengan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis
miliki tentunya dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca sekalian
yang bersifat membangun, sehingga pada kesempatan berikutnya penulis
dapat menyusun makalah yang lebih baik.
Malang, 24
Januari 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 3
A.
Latar Belakang……………………………………………...……………………… 3
B.
Rumusan Masalah……………………………………………..…………………… 4
C.
Tujuan Penelitian……………………………………………….………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 5
A.
Isu-isu tentang Sistem Pendidikan………………………….……………………… 5
B.
Kebijakan Penanggulangan………………………………………………………… 5
C.
Kurikulum di Indonesia memasuki era
industrialisasi…………………………...… 7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..…… 9
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………… 9
B.
Saran…………………………….…………………………………………………. 9
DAFTAR RUJUKAN………………………...………………………………………...… 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa, jika pendidikan tidak berjalan dengan
semestinya maka pembangunan tidak akan terlaksana, atau bahkan dapat
mengakibatkan krisis multidimensi yang berkepanjangan. Hal ini dikarenakan
pendidikan merupakan media pembangunan yang memiliki posisi strategis dalam
mengintegrasikan dan mengatur sub-sub sitem dalam masyarakat. Pendidikan juga
merupakan sarana transformasi ilmu pengetahuan, yang meliputi sosialisasi ilmu
pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan, sosialisasi norma dan nilai dalam
masyarakat, baik budaya, agama, maupun idiologi.
Indonesia
merupakan negara dunia ketiga yang sedang melakukan pembangunan pendidikan
sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945, namun dalam
perjalanannya timbul berbagai penyimpangan dan masalah-masalah didalam proses
perealisasiannya. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dapat dikatakan
masih sangat rendah, hal ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang
peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per
kapita yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia semakin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102
(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Masalah pendidikan di indonesia bukan saja
karena kualitas intelektualitas yang masih rendah, tetapi juga diperparah
dengan degradasi moral generasi muda yang masih belum bisa menyaring
perkembangan globalisasi. Tawuran antar pelajar, free sex, narkoba,
dan tindakan asusila maupun pelanggaran hukum banyak mewarnai pendidikan
Indonesia, bahkan hal ini dapat kita saksikan baik secara langsung maupun
dimedia massa. Banyak masyarakat mempertanyakan kinerja pendidikan dengan
pandangan sekeptis, namun kita juga tidak bisa menyalahkan lembaga pendidikan
karena sebagai masyarakat kita juga memiliki andil yang besar dalam proses
pendidikan.
Berbicara mengenai masalah-masalah pendidikan
tentunya tiada habisnya, namun kita sebagai generasi muda harus memiliki sikap
kritis dalam membaca realitas yang sedang terjadi dalam masyarakat, dan
mungupayakan pencarian solusi terhadap permasalahan tersebut. Upaya perbaikan
tersebut sangat diperlukan dalam rangka membangun intelektual yang mandiri
dalam pembangunan dan bersaing dalam masyarakat global. Bukan saja dalam
membangun kecerdasan intelektual tetapi juga membangun kecerdasan emosional dan
spiritual generasi muda.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah isu-isu tentang sistem pendidikan ?
2.
Bagaimakah kebijakan penanggulangannya ?
3.
Bagaimakah kurikulum di Indonesia memasuki era
industrialisasi ?
C. Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui apa saja isu-isu tentang
sistem pendidikan.
2.
Untuk mengetahui bagaimana kebijakan
penanggulangannya.
3.
Untuk mengetahui bagaimana kurikulum di
Indonesia memasuki era industrialisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Isu-isu tentang Sistem Pendidikan
Indonesia
sebagai Negara berkembang dalam memiliki era industrialisasi menghadapi
beberapa isu penting tentang sistem pendidikan. Ditinjau dari kesiapan tentu
saja sudah siap, tetapi pada aspek tertentu tampak belum siap, misalnya
mayoritas sumber daya manusia masih terbelakang, masih addanya kesenjangan
social dan ekonomi, belum meratanya menikmati hasil pembangunan, dan sistem
pendidikan sendiri yang masih dipersiapkan menuju era industrialisasi.
B.
Kebijakan Penanggulangan
1.
Masalah Kolonialisme Pendidikan dan Literatur
Ketertinggalan
pendidikan dan kurangnya literatur galian dari budaya dan ilmu pengetahuan
sendiri masih dihadapi oleh Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk
menanggulangi masalah ini, jalan yang dapat ditempuh adalah meningkatkan
peranan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) secara maksimal untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan khas Indonesia dengan jalan mengadakan
penelitian-penelitian secara intensif, sehingga dihasilkan ilmu pengetahuan
khas Indonesia. Atau dengan diadakannya proyek penerjemahan sumber pustaka
asing ke dalam Bahasa Indonesia.
Bagi Negara
Indonesia, filter untuk tetap menjaga jati diri bangsa telah disiapkan, dengan
filsafat Pancasila dan kehidupan religius masyarakatnya. Namun hal yang
memprihatinkan adalah tiadanya usaha menyusun pola kebijakan pendidikan yang
menggali pemikiran-pemikiran cemerlang. Ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di
import dari Negara-negara maju, tetapi sistem kebijakan pendidikan yang digunakan
tetap bersifat Indonesia. Memang disadari dalam skala tertentu pemikiran
pendidik kita juga digunakan, tetapi sejarah yang berlangsung di Negara-negara
dunia ketiga lainnya berlaku juga di Indonesia. Dalam arti Negara jajahan akan
terpengaruh oleh sistem pendidikan Negara penjajah.
2.
Masalah Strategi Pendidikan Memasuki Era
Globalisasi
Dengan
dimulainya era industrialisasi di Indonesia, kebijakan pendidikan harus
mengubah atau menggeser orientasinya yang semula menyiapkan tenaga pembangunan
yang menekankan bidang ekonomi menuju ke arah penyiapan tenaga industri yang
berkualitas.
Ada beberapa
hal menarik yang dapat dijadikan pengalaman bagi pembangunan pendidikan di
Indonesia dari Republik Korea Selatan. Pertama, adanya Gerakan Saemaul (Kota
Baru) yang menekankan kemandirian ekonomi. Kedua, pembaharuan pembangunan
teknik dengan berbagai jenis spesialisasi untuk menopang pengembangan
industrialisasi sejak 1970an. Ketiga, kerjasama dengan industri dan perusahaan
untuk membantu pendidikan bahkan sampai pembeayaannya di Korea Selatan telah
mulai tahun 1970an. Ke empat, adanya College dan Universitas Eksperimental
dengan mengurangi sks dari 160 menjadi 140 merupakan terobosan bagi Korea Selatan.
Bagi Indonesia, dengan Kurnas bagi perguruan tinggi merupakan upaya menuju
efisiensi dan keefektifan kurikulum di perguruan tinggi. Namun perlu tetap
diperhatikan pembenahan dari segi substansial agar pendidikan tinggi tidak
lepas dari kebutuhan masyarakatnya.
3.
Masalah Keterkaitan Pendidikan, Pekerjaan, dan
Penghasilan dalam Era Industrialisasi
Hubungan antara
pendidikan dengan pekerjaan dan dengan keberhasilan ekonomi sudah menjadi
pembicaraan panjang. Hubungan antara pendidikan dengan ekonomi bisa diibaratkan
telur dengan ayamnya. Hal ini mempengaruhi strategi kebijakan pembangunan
nasional di suatu Negara. Di Amerika, pendidikan yang tinggi memiliki hubungan
dengan tingginya tingkat pekerjaan dan upah yang diterima. Hal ini terjadi
karena Amerika Serikat tahun itu sudah menjadi Negara industri. Struktur
pekerjaan dan sistem pengupahan telah ditata ratusan tahun sehingga benar-benar
professional.
Di Indonesia,
profesionalisasi pekerjaan masih menjadi masalah yang memprihatinkan. Banyak
pekerjaan yang dapat dimasuki oleh lulusan pendidikan yang tidak relevan. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menata profesionalitas pekerjaan
secara konsekuen dan ketat. Pada waktu yang sama orientasi pendidikan diarahkan
pada pekerjaan yang memang sudah tertata ketat persyaratan profesionalnya.
Kebijakan
pemerintah dengan “link and match” merupakan penekanan yang tajam kea rah
menghubungkan pendidikandengan dunia kerja. Pada gilirannya upah tenaga lulusan
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dengan upah tenaga lulusan
pendidikan yang lebih rendah. Hal ini telah tertata pada sistem kepegawaian
Negara kita. Namun di bidang usaha dan industry, hubungan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat upah ini belum tertata secara ketat. Banyak
perusahaan yang dipimpin bukan sarjana memiliki anak buah yang sarjana.
Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa sebagian pengusaha yang sukses di bidang
usahanya bukanlah lulusan pendidikan yang tinggi.
C.
Kurikulum di Indonesia Memasuki Era
Industrialisasi
Yang menjadi
masalah umum di bidang kurikulum di Indonesia adalah pemilahan antara kurikulum
resmi dan kurikulum tersembunyi. Di samping itu ada masalah penting lain
sehubungan dengan kurikulum ini, yaitu masalah pendidikan akademik dan
pendidikan non-akademik. Pendidikan akademik mencakup matematika, IPA, IPS dan
seterusnya, sedangkan pendidikan non-akademik meliputi learning by doing,
self management, etc. Dengan demikian hendaknya kurikulum di Indonesia
memperhatikan pendidikan akademik dan juga pendidikan non-akademik secara
seimbang.
Kurikulum
hendaknya juga “instant” terhadap dunia kerja dan apa yang berkembang
disekitarnya, agar pendidikan yang menerapkan kurikulum tidak menjadi menara
gadung yang menciptakan pengangguran. Jika abad sekarang di Indonesia masuk era
industrialisasi betapa pun orientasi kurikulum juga harus cepat menoleh ke era
itu.
Kurikulum
tersembunyi merupakan bahasan menarik dalam dunia pendidikan saat ini. Tidak
saja terjadi di Negara-negara berkembang, tetapi di Negara maju pun terjadi muatan
kurikulu tersembunyi ini.
Setiap Negara
pasti memiliki misi dan tujuan yang diharapkan mewujud dalam kurikulum
sekolahnya. Hal ini banyak terjadi di Negara-negara yang sistem pendidikannya
sangat sentralistik, sehingga Negara bertanggungjawab penuh untuk mewarnai isi
kurikulum. Di Negara-negara yang desentralisasinya tinggi pun tampak adanya
pewarnaan terhadap isi kurikulum disekolah. Apalagi di Negara-negara berkrmbang
yang masih berkutat pada usaha mempersatukan bangsa, kestabilan nasional, keamanan
dan kesejahteraan rakyat, maka muatan terssembunyi pada setiap bidang studi
menjadi lebih tinggi daripada di Negara-negara yang telah memikirkan
pengembangan ilmunya. Tak ayal lagi berkembangnya ilmu pengetahuan lebih pesat
di Negara jenis kedua daripada jenis pertama.
Sinyalir
tentang adanya muatan tersembunyi pada setiap mata pelajaran diatas juga
terjadi di Indonesia. Mengajarkan bahasa, matematika, sain, ilmu social masih
harus dilibati oleh “pesan sponsor” untuk memasukkan nilai-nilai luhur bangsa
yang integral dalam matapelajaran-matapelajaran disekolah. Di sampan itu,
muatan tersembunyi bisa berkembang tanpa disengaja dan tidak diketahui
sebelumnya. Muatan tersembunyi yang berdampak positif terhadap anak didik
justru diharapkan munculnya.
Jika alternatif
tersebut diatas diterpakan juga masih terdapat kelemahan. Pertama, secara
ekstrim bisa muncul pandangan ilmu untuk ilmu, bukan untuk kemaslahatan umat.
Kedua, terpilahnya ilmu dengan muatan tersembunyi membuat terkotak-kotaknya
disiplin, hal ini sulit bagi siswa untuk mengintegrasikannya. Perlu ada
jembatan agar ilmu tidak hanya untuk ilmu, melainkan juga untuk kemaslahatan
umat. Apalagi ilmu dan etika memiliki hubungan yang lengket. Bahkan ilmu juga
sebagai piranti etika dan abdi kemanusiaan. Jika mengingat hal ini, peran
bidang studi jembatan dalam kurikulum jika diterapkan alternatif diatas sangat
penting dan strategis kedudukannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem pendidikan nasional dapat mengadopsi
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari asing dengan syarat harus difilter
dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Anak sendiri sebagai input
sudah membawa dirinya dengan berbagai pengaruh lingkungan, baik fisiologis,
psikologis, social dan kulturalnya. Setelah diolah dalam sistem pendidikan
nasional, anak menjadi output yang harus sesuai dengan kebijakan link and
match dan masuk ke dunia kerja. Sistem pengupahan harus disesuaikan dengan
jenis dan jenjang pendidikan yang didapat. Oleh karena era industrialisasi
digalakkan, maka peta pekerjaan yang ada di masyarakat juga akan berubah dari
yang ada sekarang. Hal ini harus diantisipasi oleh sistem pemdidikan nasional,
dengan menerapkan kurikulum yang relevan. Kurikulum yang relevan dengan era
industrialisasi harus memperhatikan aspek-aspek akademik dan non-akademik, baik
untuk kurikulum resmi maupun untuk kurikulum tersembunyi.
B.
Saran
Mengingat dalam menulis makalah ini yang masih memiliki
banyak kekurangan, dan penulis meminta maaf karenanya. Oleh karena itu semoga
bagi para penulis yang ingin mengulas kembali masalah ini dan ingin meneliti
kembali tentang Reorientasi Sistem Pendidikan di Indonesia dalam Era Industrialisasi
dan Dampaknya Terhadap Kurikulum agar dapat mengadakan penelitian yang lebih lengkap lagi
datanya serta membuat yang lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin,
Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1979. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke
Jaman. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
Depdikbud.
Suriasumantri,
Jujun S. 1982. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: PT Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar