Tujuan
Pembelajaran Kognitif
Kognitif
adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan
masalah. Tujuan belajar dan pembelajaran yang spesifik
dikemukakan oleh taksonomi Instruksional Bloom. Menurut Bloom, siswa belajar
berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap
lingkungannya. Beberapa istilah
lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di
antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro,
yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran,
penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),
mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling
kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga
diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Ranah kognitif terdiri dari enam
jenis perilaku, sebagai berikut:
1.
Pengetahuan, yang berkenaan dengan
ingtan tentang fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau
metode.
2.
Pemahaman, mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3.
Penerapan, kemampuan mengaplikasi
yang mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru.
4.
Analisis, mencakup kemampuan merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik. Misalnya dapat menguraikan sebab-sebab terjadinya
sesuatu, dan memahami hubungan antar bagian-bagiannya.
5.
Sintesis, adalah proses memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, mencakup kemampuan membentuk suatu
pola baru. Misalnya kemampuan menyusun program kerja.
6.
Evaluasi, mencakup kemampuan
membentuk pendapat, menilai, dan menentukan keputusan tentang suatu hal
berdasarkan criteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan
(Danim, 2011).
Tujuan
Pembelajaran Afektif
Afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif
akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif
terdiri dari lima perilaku, yakni:
1.
Penerimaan, yang mencakup kepekaan
tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya
kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
2.
Partisipasi, yang mencakup kerelaan,
kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan.
3.
Penilaian dan penentuan sikap yang
mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
Misalnya dapat menerima pendapat orang lain.
4.
Organisasi, mencakup kemampuan
membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya
menempatkan suatu nilai dan menjadikannya sebagai pedoman bertindak secara
bertanggung jawab.
5.
Pembentukan pola hidup, yang
mencakup menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi.
Misalnya, kemampuan mempermbangkan dan menunjukkan tindakan disiplin (Danim,
2011).
Tujuan
Pembelajaran Psikomotorik
Psikomotorik
adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan
untuk melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut, meliputi
keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial.
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, namun dibuat oleh ahli lain
tetapi tetap berdasarkan pada domain yang dibuat Bloom. Ranah psikomotorik ini
dikembangkan oleh Simpson.
Ranah
psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku, yaitu:
1.
Persepsi, yang mencakup kemampuan
memilah-milah hal-hal secara khas serta menyadari perbedaannya. Misalnya
perbedaan warna, membedakan angka 6 (enam) dan 9 sembilan).
2. Kesiapan, yang
mencakup kesiapan secara jasmani dan rohani sebelum terjadinya suatu gerakan
atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan
terbimbing, kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan,
seperti meniru gerak tari.
4. Gerakan
terbiasa, kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan
lompat tinggi dengan tepat.
5. Gerakan
kompleks, yaitu kemampuan melakukan gerakan atau keterampulan yang terdiri dari
banyak tahap, secara lancer, efisien dan tepat. Misalnya membongkar pasang
peralatan secara tepat.
6. Penyesuaian
pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan
bertanding olahraga.
7. Kreativitas,
yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak yang baru atas dasar prakarsa
sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru (Danim, 2011).
Ada pendapat
lain tentang aspek psikomotorik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor
terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
Terjadi ketika
siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan
perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan
pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah
laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan
kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan
koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan
yang berbeda.
e.
Pengalamiahan
Menurut tingkah
laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun
psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain
psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih
mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai
fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan
diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.